Minggu, 09 April 2017

Ulasan Batik Merak Khas Ponorogo

Siapa yang tidak mengenal Ponorogo? Sebuah kabupaten di Jawa Timur yang terkenal budaya kesenian reog. Namun, banyak orang tidak tau jika Ponorogo juga memiliki batik corak khas tersendiri. Secara kebudayaan, batik masuk ke Kota Reog sejak abad ke 15 Masehi, ketika Ki Ageng Hasan Besari Tegalsari menikah dengan salahsatu putri Keraton Surakarta. Pada saat itu kebudayaan Keraton Surakarta di bawa ke Ponorogo termasuk budaya batik. Sehingga, awal abad ke 20 sekitar tahun 1900-1930an merupakan era dimulainya industri batik di Ponorogo. Karena adanya akulturasi budaya maka corak dan motif batik Ponorogo banyak mengangkat tema flora dan fauna yang motifnya condong ke daerah Solo dan Jogjakarta.
Batik klasik Ponorogo ini merupakan motif batik merak berlatar warna ireng yang diilhami dari kesenian reog yang menjadi ikon daerah Ponorogo. Motif merak yang sangat kental dengan kesenian budaya tradisional Ponorogo memiliki arti keindahan yang dikemas dengan kemewahan bulu-bulu burung merak. Bentuk dasar ragam hias motif burung merak hijau (pavu muticus) adalah seekor merak yang sedang mengembangkan bulu ekor yang panjang bagai sebuah kipas nan molek. Ide dasar dari motif ini menurut penulis dapat didefinisikan sebagai hidup yang sejatinya dipenuhi keindahan. Meski terkadang hadir ketidaksesuaian namun selalu ada celah untuk merasakan keindahan. Keunikan motif ini tidak hanya ada seekor burung merak namun hadir bersama dengan motif lainnya yaitu berbaur dengan helai demi helai bulu merak yang ditata secara acak. Komponen warna hijau yang mendominasi serta warna lainnya seperti hitam, merah, emas dan kuning memiliki warna yang diyakini dapat mencerminkan kepribadian masyarakat Ponorogo. Keindahan motif merak sendiri juga dapat dibuktikan dengan dijadikannya simbol burung merak sebagai inspirasi budaya di berbagai negara seperti di Myanmar, Malaysia dan Tiongkok.

Batik corak khas Ponorogo ini merupakan fashion yang menjadi list wajib saat momen-momen penting di Kota Reog. Tidak hanya pada kegiatan Grebeg Suro dan Pemilihan Kakang Senduk Ponorogo, namun pemerintah daerah juga memberikan peraturan bahwa batik khas Ponorogo juga harus menjadi pakaian wajib bagi para pegawai pemerintahan dan akademisi dalam menjalankan tugas di hari-hari tertentu. Selain itu adanya pengakuan UNESCO yang menetapkan Batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009, harus memberikan asupan motivasi pada generasi muda dalam melestarikan budaya batik yang ada. Batik inilah yang sejatinya dapat dijadikan manifestasi dari kebijaksanaan dan kejeniusan budaya lokal. Untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sinergi yang solid dari seluruh elemen masyarakat dan institusi terkait untuk membuat batik corak khas Ponorogo menjadi dikenal di era milenium sekarang. Sehingga, pelestarian baik dalam industri, budaya dan unsur seni batik corak khas Ponorogo dapat berkembang secara maksimal.

1 komentar: